Marah adalah perasaan sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dan sebagainya); berang; gusar (KBBI).
Marah atau amarah adalah tabiat manusia. Islam memberikan panduan kepada kaum muslim untuk dapat mengendalikan kemarahan.
Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin mencantumkan sebuah riwayat. Pada suatu hari, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, berilah aku nasihat untuk melakukan amal saleh!”
Rasul menjawab, “Jangan marah!” Tetapi laki-laki itu bertanya lagi dan beliau pun menjawab, “Jangan marah!”
أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
Pada riwayat yang lain, suatu ketika, ‘Abdullah bin ‘Amr Ra bertanya kepada Rasulullah Saw:
مَاذَا يُبَاعِدُنِى مِنْ غَضَبِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ؟ قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
“Apa yang bisa menyelamatkan aku dari kemurkaan Allah SWT?” Rasulullah menjawab, “Kendalikan marahmu!” (HR Ahmad)
Rasulullah Saw juga mengingatkan, marah adalah awal keburukan.
فإذا الغضبُ يجمَعُ الشَّرَّ كلَّه
“Marah adalah awal segala keburukan.” (Muttafaq Alaih)
Orang Kuat
Orang yang kuat itu adalah yang bisa menahan atau mengendalikan amarahnya.
Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya, “Menurut kalian, siapakah orang yang kuat di antaramu?”
Beberapa orang sahabat menjawab, “Orang yang kuat adalah orang yang tidak dapat dikalahkan oleh orang lain.” Tetapi Rasulullah Saw bersabda, “Bukan. Bukan seperti itu. Orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Selain itu, menahan amarah akan mendapatkan pahala dari Allah Swt.
وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ
“Barangsiapa yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya. Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Asakir).
Cara Mengatasi Marah
Rasulullah Saw memberikan panduan dalam mengelola amarah atau mengendalikan rasa marah.
1. Taáwudz
Saat marah, mintalah perlindungan kepada Allah Swt.
“Jika seseorang yang marah mengucapkan: ‘A’uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT)’ niscaya akan reda kemarahannya.” (HR Abu ‘Adi dalam Kitab Al-Kaamil).
2. Wudhu’
Berwudhu dapat mengendalikan amarah.
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Sesungguhnya marah itu dari setan dan terbuat dari api, dan api hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, apabila seorang di antara kamu marah, maka berwudhulah!” (HR Abu Daud).
3. Ubah Posisi
Saat marah, jika sedang berdiri, duduklah! Jika marah dlam kondisi duduk, beririlah. Mengubah posisi dapat mengendalikan amarah.
“Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah.” (HR. Abu Dawud).
Demikian cara Islam dalam mengatasi amarah atay mengendalikan marah. Wallahu a’lam bish-showabi.