Cara, Syarat, dan Rukun Khotbah Jumat plus Doa Pembuka dan Penutup

Khotbah Jumat

Khotbah secara bahasa (Indonesia) artinya pidato (terutama yang menguraikan ajaran agama). Khotbah Jumat adalah pidato tentang takwa yang mengajak jamaah shalat Jumat untuk bertakwa atau menjalankan perintah Allah Swt. Berikut ini cara, syarat, dan rukun khotbah Jumat harus dipenuhi khotib Jumat.

Khotbah atau khutbah berasal dari kata khataba yakhtubu khutbatan yang berarti ceramah atau pidato.  Dalam fikih, khutbah diartikan dengan pidato dari seorang khotib yang diucapkan di depan jamaah sebelum salat Jum’at atau setelah salat Id. Khutbah berisi nasihat meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt.

Khotbah Jumat disampaikan secara monolog atau komunikasi satu arah. Berisi wasiat takwa, khotbah Jumat harus disampaikan secara jelas, ringkas, dan fokus pada topik tertentu. Bila khotib sudah melakukan khotbah, jamaah wajib untuk mendengarkannya.

Khutbah Jum’at merupakan salah satu syarat sah shalat jum’at.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS Al-Jumu’ah: 9).

Kata dzikr dalam ayat tersebut adalah khotbah sehingga tidak ada shalat Jum’at tanpa khotbah. Rasulullah Saw menyatakan:

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat shalatku” (HR Bukhari).

Jamaah Shalat Jumat Harus Mendengarkan Khotbah

Jamaah shalat Jumat harus menyimak khotbah dengan seksama dan tidak melakukan aktivitas lain seperti ngobrol. Jika jamaah shalat Jumat berbicara atau ngobrol saat khotbah berlangsung, maka shalat Jumatnya dinilai sia-sia (tidak mendapatkan pahala).

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبَك وَالإِمَامُ يَخْطُبُ يَوْمَ الحُمْعَةِ أَنْصِتْ فَقَدْ لَغْوَتَ ومن لغا فلا جمعة له

“Apabila kamu mengatakan kepada temanmu pada hari Jum’at, diamlah! Sedangkan imam sedang berkhutbah, maka sia-sialah ibadah jumatnya. Dan barangsiapa orang yang berbuat sia-sia, maka tidak mendapatkan pahala Jum’at.” (HR Bukhari)

مَن توضأ فأحسنَ الوُضوء، ثم أتى الجمعةَ فاسْتمعَ وأَنْصَتَ غُفِرَ له ما بينه وبين الجمعة وزيادةُ ثلاثة أيام، ومَن مَسَّ الحَصا فقد لَغا

“Barangsiapa yang berwudu, lalu membaguskan wudunya kemudian datang ke masjid, lalu mendengarkan khutbah dan diam maka dia diampuni dosanya antara jum’at kepada jum’at dan ditambah tiga. Barangsiapa yang menyentuh (bermain) kerikil atau lainnya, maka ibadah jumatnya sisa-sia”. (HR Abu Daud)

Tata Cara Khotbah Jumat

Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang khotib Jumat.

1. Berdiri dan mengucapkan salam

Pada saat masuk waktu dzuhur, khotib naik mimbar dan berdiri seraya mengucapkan salam.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ سَلَّمَ

“Dari Jabir bin Abdillah bahwa Nabi Saw mengucapkan salam apabila naik mimbar” (HR Ibnu Majah).

2. Duduk dan mendengarkan adzan.

Setelah mengucapkan salam, khotib Jumat duduk dan mendengarkan muadzin mengumandangkan adzan hingga selesai.

عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ قَالَ كاَنَ النِّداَءُ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ اْلإماَمُ عَلَى اْلمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُماَ فَلَماَّ كَانَ عُثْماَنُ رَضِيَ الله عَنْهُ وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّداَءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْراَءُ

“Dari as-Saib Ibnu Yazid r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: seruan adzan pertama pada masa Nabi Saw Abu Bakar dan Umar ra dilakukan ketika imam telah duduk di atas mimbar. Maka tatkala masa Utsman ra dan orang bertambah banyak, maka beliau menambah adzan ketiga yang dilakukan di Zaura”. (HR Bukhari, Nasai, dan Abu Daud).

3. Mulai Khotbah Usai Adzan

Setelah adzan selesai dikumandangkan, maka khotib menyampaikan khotbahnya. Khotib mengawali khutbah Jum’at dengan mengucapkan tahmid, syahadat, shalawat, lalu wasiat takwa dan membaca beberapa ayat Al-Qur’an lalu menyampaikan taushiyah.

a. Membuka khotbah Jum’at dengan tahmid

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ يَقُولُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلا هَادِيَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

“Dari Jabir bin Abdullah berkata: Adalah Rasulullah saw dalam khutbahnya memuji Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya, kemudian mengatakan: Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk; sesungguhnya ucapan paling benar adalah Kitab Allah dan petunjuk paling baik adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah hal-hal yang dibuat- buat (diada-adakan), dan setiap hal yang diada-adakan itu adalah bidah dan setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di dalam neraka”. (HR Tirmidzi)

b. Membaca Syahadat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ خُطْبَةٍ لَيْسَ فِيهَا تَشَهُّدٌ فَهِيَ كَالْيَدِ الْجَذْمَاءِ

“Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: setiap khutbah yang di dalamnya tidak ada tasyahhud (ucapan syahadat) adalah seperti tangan yang buntung”. (HR Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad).

c. Membaca Shalawat

أكثرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةٌ كَانَ أَقْرَبَهُمْ إِلَيَّ مَنْزِلَةِ أكثرُوا مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ فِي كُلِّ جُمْعَة؛ فَإِنَّ صَلَاةَ أُمَّتِي تُعْرَضُ عَلَيَّ فِي كُلِّ جُمْعَةِ، فَمَنْ كَانَ

“Perbanyaklah membaca sholawat kepadaku pada setiap hari Jumat, karena sholawat umatku disampaikan kepadaku setiap hari Jumat. Barangsiapa dari kalian paling banyak membaca sholawat kepadaku, ia adalah orang yang dekat kedudukannya denganku.” (HR Baihaqi).

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ يَعْنِي بَلِيتَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

“Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Al Husain bin Ali] dari [‘Abdurrahman bin Jabir] dari [Abu Al Asy’ats Ash Shan’ani] dari [Aus bin Aus] ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hari yang paling utama dari hari-hari kalian adalah hari jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, sangkakala ditiup dan di hari itu datang hari kiamat. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku. ” Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami bisa sampai kepadamu, sementara engkau telah tiada dan jasadmu telah hancur?” Beliau menjawab: “Allah telah mengharamkan bagi bumi untuk makan jasad para Nabi. ” (HR Ibnu Majah)

d. Menyampaikan Wasiat Takwa

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رضى الله عنه أنه صلّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كاَنَ يُواَظِبُ عَلَى اْلوَصِيَّةِ بِالتَّقْوَى فىِ خُطْبَتِهِ

“Dari Jabir ibnu Samurah Ra. bahwasanya nabi saw selalu membiasakan memberi pesan (taushiyah) dalam khutbahnya dengan wasiat takwa”. (HR Muslim)

e. Ayat Al-Qur’an dan Nasihat Singkat

Khotib membaca beberapa ayat Al-Qur’an lalu menyampaikan taushiyah.

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ كَانَتْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَتَانِ يَجْلِسُ بَيْنَهُمَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيُذَكِّرُ النَّاسَ

“Dari Jabir bin Samurah berkata: Adalah Nabi SAW melakukan dua khutbah yang di antara dua khutbah tersebut beliau duduk, membaca Al-Qur’an, dan memberi pesan (peringatan) kepada orang-orang (jamaah)”. (HR Muslim)

f. Khotbah Singkat

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلاَةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنْ الْبَيَانِ سِحْرًا 

“Dari Ammar bin Yasir berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khotbah seorang khotib merupakan tanda dari pemahamannya kepada agama. Maka panjangkanlah shalat dan persingkatlah khotbah karena sesungguhnya dalam penjelasan singkat tersebut terdapat daya Tarik”. (HR Muslim dan Ahmad).

g. Duduk Setelah Khotbah Pertama 

Setelah khotbah pertama selesai, khotib Jumat duduk sebentar (tidak ada do’a khusus antara dua khutbah), kemudian berdiri kembali untuk menyampaikan khutbah yang kedua.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ قَائِمًا ثُمَّ يَقْعُدُ ثُمَّ يَقُومُ كَمَا تَفْعَلُونَ اْلآنَ

“Dari Ibnu Umar Ra. berkata: Nabi SAW berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk, lalu berdiri lagi sebagaimana yang kamu lakukan sekarang”. (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad)

h. Khotbah Kedua Diakhiri Doa

Khotbah kedua diakhiri dengan dengan doa.

عَنْ حُصَيْنِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ قَالَ كُنْتُ إِلَى جَنْبِ عِمَارَةَ بْنِ رُوَيْبَةَ وَبِشْرٌ يَخْطُبُنَا فَلَمَّا دَعَا رَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ عِمَارَةُ يَعْنِي قَبَّحَ اللَّهُ هَاتَيْنِ الْيَدَيْنِ أَوْ هَاتَيْنِ الْيُدِيَّتَيْنِ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ إِذَا دَعَا يَقُولُ هَكَذَا وَرَفَعَ السَّبَّابَةَ وَحْدَهَا

“Dari Hushain Ibnu Abdurrahman as-Sulami berkata: aku berada di samping Imarah Ibnu Ruwaibah, sementara Bisyr khutbah di depan kami. Maka tatkala ia berdoa, ia mengangkat kedua tangannya. Lalu Imarah berkata: semoga Allah menjelekkan kedua tangan ini atau kedua tangan kecil ini. Saya melihat Rasulullah Saw pada saat khutbah beliau berdoa begini, dan mengangkat satu jari telunjuk (yang kanan)”. (HR Muslim, Tirmidzi, Nasai, Ahmad, dan Darimi).

i. Turun dari Mimbar

Setelah selesai berdoa, khatib turun dari mimbar, dan muadzin mengumandangkan iqomah untuk pelaksanaan shalat Jumat. Sebagaimana sabda Nabi Saw:

عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ كَانَ بِلاَلٌ يُؤَذِّنُ إِذَا جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَإِذَا نَزَلَ أَقَامَ ثُمَّ كَانَ كَذَلِكَ فِي زَمَنِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

“Dari as-Saib Ibnu Yazid berkata: Bilal adzan ketika Rasulullah Saw sudah duduk di atas mimbar pada hari Jumat; apabila beliau turun (dari mimbar sesudah selesai khutbah), Bilal melakukan iqamah. Demikian pula hal itu dilakukan pada masa Abu Bakar dan Umar ra”. (HR Nasai dan Ibnu Majah)

Syarat Khotbah Jumat

Syarat-syarat khutbah sebagaimana pendapat para ulama adalah sebagai berikut:

  1. Khotib berdiri di hadapan orang banyak (jamaah shalat Jumat).
  2. Khotbah Jumat dilaksanakan dua kali, setelah tergelincir matahari, dan dengan ringan (pendek) dari bacaan shalat.
  3. Khotbah jumat disunahkan membaca puji (tahmid) kepada Allah Swt, shalawat kepada Nabi Saw, perintah (wasiat) takwa, berdoa dengan memohon ampunan kepada Allah Swt, dan membaca ayat Al-Qur’an.
  4. Khotbah Jum’at dilaksanakan di dalam masjid. Jika dilaksanakan di luar masjid, maka tidak sah karena khotbah Jum’at pelaksanaannya seperti shalat.
  5. Khutbah jum’at dilaksanakan sebelum salat dan jika dilaksanakn setelah salat maka tidak sah.
  6. Khutbah jum’at dihadiri oleh jama’ah jum’at.
  7. Khutbah jum’at dilaksanakan dengang suara nyaring bisa dengan bahasa Arab atau bahasa selainnya.
  8. Duduk di antara dua khutbah dengan tenang seperti duduk antara dua sujud seukuran bacaan surat al-Ikhlas.
  9. Khutbah dilakukan dalam keadaan suci dari hadas besar dan hadas kecil, badan, pakaian beserta tempatnya dan menutup aurat.

Rukun Khotbah Jumat

Rukun khotbah Jumat atau hal yang wajib disampaikan dalam khotbah Jum’at menurut Mazhab Syafi’i sebagai berikut:

  1. Tahmid (hamdalah)
  2. Shalawat
  3. Wasiat Takwa
  4. Membaca ayat Al-Qur’an yang bisa dipahami dari salah satu dua khutbah.
  5. Doa untuk kaum mukmin mengenai urusan akhirat.

Demikian syarat dan rukun khotbah Jumat.

Bacaan Pembuka Khotbah Jumat

Berikut ini beberapa contoh doa pembuka khotbah Jumat. Tahmid dan sholawat terangkum di dalamnya.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ

***

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِالِلّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا¸ مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ¸ أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ¸ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ.

***

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ. الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ وَالْيَقِيْنِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْن. وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين. وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ. أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ العَظِيمْ

Doa Penutup Khotbah Jumat

Berikut ini contoh doa penutup khotbah Jumat.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين

Demikian syarat dan rukun khotbah Jumat plus pembuka dan doa. (Sumber)

Video Khotbah Jumat KH Miftah Faridl, Imam Besar Masjid Raya Al Jabbar

 

Posted in Kajian, Khotbah Jumat and tagged .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *